Pernyataanyang tepat berkaitan dengan gambar di atas adalah . Soal IPA Biologi SMA/MA Post a Comment for "Pernyataan yang tepat berkaitan dengan gambar di atas adalah Percobaan yang dilakukan oleh Francesco Redi" Newer Posts Older Posts Pondok Budaya Bumi Wangi. DMCA. About Me. Rangkaiankata diatas adalah cuplikan tulisan dari Preevena Devi Jayabalan, seorang pelajar di SMK King George V, Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia. Tulisan tersebut menerangkan persepsi penulis mengenai perjalanan burung bermigrasi, dari lokasi berbiaknya di timur jauh yang tertutup salju hingga ke bagian selatan bumi. Burungyang diketahui paling tinggi terbang pada saat migrasi adalah "Anser indicus" (read: Bar-headed Goose), yang seperti dikutip dalam penelitian Hawkes, et. al (2012) , dengan gamblang setelah melacak/mengikuti 91 jenis burung ini, mendeskripsikan bahwa burung ini terbang di lembah2 Himalaya, dengan ketinggian penerbangan 7.290 m cara membuat otak otak ikan tenggiri bakar. - Setiap tahun burung akan melakukan migrasi dari satu ke tempat lainnya. Pada umumnya, burung melakukan migrasi secara bersama-sama baik dalam kelompok kecil atau kelompok besar. Tujuan burung melakukan migrasi adalah untuk mencari makanan dan mencari habitat yang sesuai, agar dapat bertahan hidup. Biasanya burung akan bermigrasi dari tempat yang bermusim dingin ke tempat yang lebih hangat. Tonton video ini, yuk! Craig Kerns, Cornell Lab of Ornithology Warbler Townsend adalah salah satu spesies di dunia hewan yang bermigrasi melalui Texas di sepanjang Teluk Meksiko. - Satu hal yang menarik di dunia hewan adalah proses migrasi. Migrasi burung adalah pergerakan musiman yang teratur, sering kali ke utara dan selatan di sepanjang jalur terbang, antara tempat berkembang biak dan musim dingin. Banyak spesies burung bermigrasi. Tentu saja migrasi ini membawa biaya tinggi dalam pemangsaan dan kematian. Termasuk dari perburuan oleh manusia, dan terutama didorong oleh ketersediaan makanan. Perjalanan burung-burung yang bermigrasi di malam hari juga penuh dengan bahaya. Polusi cahaya menambah bahaya lain di luar peningkatan risiko tabrakan dengan gedung atau menara komunikasi. Menurut sebuah studi baru dunia hewan, burung yang tertarik oleh pancaran cahaya buatan di malam hari tertarik ke daerah di mana mereka juga terpapar dengan konsentrasi bahan kimia beracun yang lebih tinggi di udara. Temuan studi ini telah diterbitkan dalam jurnal Global Change Biology pada 25 Oktober dengan judul “Light pollution enhances ground‐level exposure to airborne toxic chemicals for nocturnally migrating passerines.” "Kami memeriksa korelasi antara konsentrasi bahan kimia beracun di udara, cahaya buatan di malam hari, dan kelimpahan mingguan 165 spesies burung penyanyi yang bermigrasi secara nokturnal," kata penulis utama Frank La Sorte di Cornell Lab of Ornithology. "Apa yang kami temukan adalah bahwa polusi cahaya memang meningkatkan paparan bahan kimia beracun ketika burung berhenti untuk beristirahat selama migrasi musim semi dan gugur. Anehnya, kami juga menemukan bahwa paparan bahan kimia beracun tinggi selama musim non-berkembang biak, saat burung biasanya menghindari polusi cahaya." Para peneliti pertama-tama membandingkan tingkat cahaya buatan di malam hari dengan adanya 479 bahan kimia beracun dari fasilitas pelepasan di seluruh benua Amerika Serikat. Mereka menemukan bahwa polusi cahaya yang lebih tinggi memang berkorelasi dengan tingkat bahan kimia beracun yang lebih tinggi di udara. Para ilmuwan kemudian melakukan referensi silang data ini dengan kelimpahan mingguan 165 spesies burung penyanyi yang bermigrasi malam sepanjang siklus hidup tahunan mereka, menggunakan data dari program eBird Cornell Lab. Courtesy EPA Salah satu sumber racun udara ini bisa menimbulkan risiko bagi burung-burung yang bermigrasi. Satu-satunya waktu yang tidak mengungkapkan peningkatan paparan bahan kimia beracun adalah selama musim kawin ketika burung penyanyi biasanya bersarang di habitat yang jauh dari area aktivitas manusia yang intens. "Salah satu wilayah yang menjadi perhatian khusus adalah di sepanjang Teluk Meksiko, terutama di Texas dan Louisiana," kata La Sorte. "Burung-burung yang bermigrasi yang menghabiskan musim dingin di wilayah ini terpapar konsentrasi yang lebih tinggi dari bahan kimia beracun di udara untuk waktu yang lebih lama—musim non-kawin merupakan bagian terbesar dari siklus hidup tahunan spesies ini." Baca Juga Jalur Migrasi Burung di Indonesia, Perubahan Cuaca pun Meruaya Mereka Baca Juga Gerak Medan Magnet Bumi Kian Cepat, Bagaimana Burung Migrasi Pulang? Baca Juga Rendahnya Populasi Burung Air Migran, Berkaitan Dengan Virus Unggas PROMOTED CONTENT Video Pilihan Navigasi didasarkan pada banyak indera Cara ini merupakan hasil kombinasi beberapa kemampuan termasuk kemampuan mendeteksi daerah medan magnet, menggunakan pengenalan visual dan juga isyarat pada olfactorius. Reaksi kimia di pigmen cahaya khusus sensitif terhadap panjang gelombang tinggi dipengaruhi oleh daerah tersebut. Dengan pengalaman mereka mempelajari berbagai petunjuk daerah dan pemetaan ini dilakukan oleh megnetitas pada sistem trigeminal. Bebrapa penelitian terbaru berhasil menemukan sebuah hubungan syaraf di anatara mata dan “kelompokan N”, bagian otak depan yang aktif selama penetapan arah migrasi, yang diyakini menyebabkan burung dapat melihat medan magnet di bumi. Beberapa jenis burung mampu menentukan arah dengan baik hanya jika dapat melihat matahari dengan jelas. Bahkan burung migrant malam menggunakan ini sabagai isyarat untuk berangkat pada senja hari. Burung migrant malam biasanya harus mengontrol terbangnya sendiri dalam keadaan kurang jelas, langit berbintang tapi akan menjadi tidak terlihat jika sedang berawan atau mendung. Maka mereka meggunakan pedoman hubungan beberapa rasi bintang dan bukan pada 1 bintang saja Biasanya dipakai oleh migrant jarak dekat untuk pulang ke sarang. Contoh merpati Burung migrasi dapat mengandalkan pada instingnya untuk pulang. Gangguan terhadap medan magnet dapat mengganggu kemampuan ini. Beberapa burung tampaknya memiliki “kompas” yang terpasang di organ tubuhnya untuk digunakan saat sedang berawan. CANGGIHNYA NAVIGASI BURUNG BERMIGRASI Posted by ReTRo Berkat adanya teknik telemetri via satelit, berbagai hal yang terjadi selama perjalanan panjang burung-burung migrasi antarnegara dan antarbenua kini bisa terungkap. Suatu hari pada akhir Februari di Afrika, di pucuk sebatang pohon, seekor prenjak kutub muda sedang menanti matahari tenggelam. Ia mengamati dengan saksama titik hilangnya matahari di balik cakrawala. Ke sanalah ia harus pergi. Setengah jam kemudian ia sudah melesat terbang sendirian. Dua bulan kemudian, di akhir April, dia tiba di tempat tujuan sebuah telaga kecil di barat Muenchen, tempat ia dulu dilahirkan. Diperkirakan, sekitar 50 miliar ekor burung di dunia melakukan migrasi secara rutin. Rata-rata mereka terbang berkelompok dengan formasi khas. Jalak afrika dan gelatik terbang dalam kelompok. Burung terik dan merpati terbang dalam barisan yang lebih panjang dan lebih banyak. Angsa dan burung jenis lain terbang berurutan membentuk huruf V; yang di ujung depan bertindak sebagai komandan barisan meski jabatan ini senantiasa dipegang secara bergantian. Saat aplusan, komandan lama berpindah ke ujung barisan paling belakang. Pasalnya, tugas terbang paling depan itu sangat menguras tenaga. Sedangkan yang di belakang bisa menghemat sampai 20%. Para migran itu terbang dari tempat asalnya ke tempat tujuan untuk menghindari musim dingin, masing-masing dengan rutenya sendiri. Umumnya, burung Eropa bermigrasi tidak sampai keluar dari benua. Paling-paling mereka ke Prancis Barat atau Spanyol untuk menghindari musim dingin. Tapi, yang lain ada yang terbang terus sampai ke Afrika Utara. Bahkan ada yang sampai ke daerah dekat khatulistiwa atau Afrika Selatan. Itu pun dilakukan mengambil rute barat lewat Spanyol dan Gibraltar, atau mengambil rute timur melewati Balkan dan Asia Kecil. Tidak langsung melintasi Laut Tengah, sebagai rute tersingkat. Terutama jenis burung besar, biasanya menghindari laut terbuka, karena di atas laut tidak ada termik aliran udara panas yang dapat digunakan sebagai pendorong terbang mereka. Pada musim semi sekitar 500 juta burung migran terbang dari tempat berlibur musim dingin di Afrika, kembali ke Eropa dengan mengambil jalur lewat Israel. Di antaranya terdapat lebih dari ekor bangau putih dan beberapa jenis elang. Dalam suatu rombongan besar yang panjangnya mencapai 10 km dan lebar beberapa ratus meter, mereka terbang melintasi negara itu. Banyak di antaranya yang ngetem, bahkan menetap menghabiskan musim panas di sana. Melihat rombongan yang begitu besar, sebenarnya hidup mereka terancam seperti dialami jenis bangau putih. Perlindungan terhadap jenis bangau ini sudah dilakukan oleh Lembaga Penelitian Burung Radolfzell LPBR dalam Proyek Bangau Putih. Untuk keperluan pengamatan, para ilmuwan menggunakan alat telemetri satelit. Pada punggung burung dipasang sebuah alat pemancar mini seberat 45 g yang berarus listrik tenaga surya. Pengiriman data dilakukan dengan bantuan sistem lokalisasi ARGOS. Setiap 60 detik, alat pemancar itu menyiarkan getaran yang akan ditangkap oleh kedua satelit yang ditempatkan pada ketinggian 870 km. Sementara mengorbit, satelit dapat menerima impuls sekitar 10 – 15 menit. Impuls yang diterima dikirim langsung ke stasiun penerima di Bumi, kemudian masuk ke salah satu dari dua Pusat Pengolahan Data di Toulouse Prancis atau Landover AS. Di sini koordinat tempat pemancar di punggung bangau itu dihitung. Kemudian data itu diolah di komputer di LPBR. Dengan demikian perjalanan bangau putih selama penerbangan itu bisa diikuti dengan tepat. Alat pemancar yang ditempelkan pada punggung burung itu berada dalam kantung kecil dan dipasang demikian rupa sehingga tidak mengalangi gerak binatang itu. “Begitu dipasang, kantung mini itu langsung menghilang’ di balik bulu-bulu punggung, dan burung itu pun sudah bisa terbang bebas seperti biasa,” jelas Prof. Peter Berthold, pimpinan LPBR. Kini sudah 53 ekor bangau diteliti dengan telemetri satelit. Dalam tahun 1993/1994, burung pertama dari enam yang dibekali pemancar mini bisa diikuti sampai ke Afrika Selatan dan Zambia saat terbang pulang. Berarti sampai sejauh km! Setahun kemudian para peneliti malah bisa mengikuti seekor bangau sampai sejauh lebih dari km ke Tanzania, dan juga dalam perjalanannya kembali. Untuk memperoleh gambaran lebih rinci bagaimana perilaku burung itu selama perjalanan, bangau yang sudah dilengkapi pemancar itu kadang juga diikuti dengan mobil atau pesawat kecil dan tambahan alat telemetri Bumi setempat. Penggunaan teknik telemetri satelit yang baru itu sudah memperlihatkan hasilnya. Kini para ahli secara terinci bisa membedakan, apakah seekor burung dalam rute perjalanan pergi atau pulang. Dari sini bisa disimpulkan, ternyata tidak mudah bagi burung itu menemukan jalan pulang ke “kampung halamannya”. Mereka harus bernavigasi. Usus dan hati mengecilUntuk menghindari kelelahan, burung sudah bersiap diri sebelum terbang lama. Mereka mengkonsumsi sejumlah besar makanan berkadar lemak tinggi sebagai “bahan bakar”. Otot sayapnya juga membesar. Selama terbang, usus mereka akan mengerut sepertiga dan hatinya mengecil. Selain meringankan beban tubuh saat terbang, lemak dari organ tubuh yang mengecil itu digunakan sebagai sumber energi tambahan. Begitu mereka tiba di tempat tujuan, organ tubuhnya kembali ke bentuk normal. Kekuatan tubuh burung pengembara ini hebat, tapi lebih hebat lagi kerja alat-alat inderanya. Tentu saja ini hanya bisa dilihat di laboratorium. Selama perjalanan jauh, semua burung pengembara mengembangkan apa yang disebut siaga kembara. Ini juga digunakan walau burung itu berada di kandang. Kemampuan ini terutama tampak menonjol pada burung yang biasa terbang malam. Aktivitas ini menjadi ukuran daya mengembara burung itu. Makin besar daya itu, makin jauh perjalanan yang dia lakukan. Mengenai waktu yang tepat untuk beristirahat atau berhenti dan mengakhiri perjalanan, itu menjadi tugas jam tubuh yang sudah diatur sepanjang hari itu. Orientasi arah terbang bagi setiap jenis burung juga sudah diprogram di dalam tubuhnya. Ini dibuktikan dalam eksperimen pakar biologi Helbig. Ia menukar prenjak pendeta yang ada di LPBR, yang biasa bermigrasi ke Afrika Timur atau sekitar Laut Tengah, dan yang memilih arah perjalanan berbeda tenggara atau barat daya. Hasilnya, burung yang ditukar itu maunya langsung terbang ke selatan. Peralatan navigasi Untuk bisa dengan mulus sampai di Afrika, mengandalkan orientasi arah saja belum cukup. Bagaimana kalau teralang gunung tinggi atau ada arus angin yang berlawanan, misalnya? Ternyata burung memiliki alat navigasi lain yaitu kompas matahari. Ini “ditemukan” oleh Gustav Kramer, peneliti burung, pada 1950. Dengan kompas itu burung migran tidak akan kehilangan arah. Dengan bantuan jam tubuhnya, ia juga bisa memperhitungkan kalau matahari setiap jam bergerak makin tinggi membuat lengkungan sebesar 15°. Itu bagi burung yang terbang siang hari. Bagaimana bagi penerbang malam? Ternyata pada tubuh burung gelatik nila ditemukan kompas lain. Seorang zoolog AS, Emlen, berhasil membuktikannya tahun 1967. Saat melesat di kegelapan malam, burung itu ternyata menggunakan bintang sebagai kompas. Mereka mengorientasikan diri pada gerak putar keseluruhan bintang di langit. Di atas khatulistiwa, bintang-bintang tampak bergerak cepat. Tetapi mendekati kutub, kecepatannya berkurang. Tepat di atas kutub, bintang akan “berhenti”. Burung migrasi mengenal itu sebagai titik perputaran langit. Namun, bantuan orientasi terpenting bagi sebagian besar penerbang malam itu adalah magnet Bumi. Roswitha dan Wolfgang Wiltschko dari Institut Zoologi, Universitas Frankfurt, belum lama ini berhasil membuktikannya. Di bawah langit berbintang buatan di laboratorium, mereka menguji perilaku prenjak kutub dan sikatan dada putih, yang biasa terbang ke arah barat daya. Dalam serangkaian percobaan, burung-burung ini baru mampu menuju ke barat daya yang benar, ketika diberi tambahan kesempatan mengorientasikan diri pada medan magnet Bumi. Bila medan magnet diubah, mereka akan terbang ke selatan. Sudah lama orang mencari alat indera yang menyimpan kompas medan magnet Bumi itu. Para biolog dari Frankfurt, Elke Holtkamp-Rotzler dan Gerta Fleissner, menemukan sejumlah kristal magnetis renik pada kulit sebelah atas dekat paruh pada jenis burung merpati pos. Kristal magnetis ini berhubungan dengan otak yang penting peranannya sebagai alat orientasi. Apakah kristal magnetis itu yang berperan sebagai navigasi, masih belum jelas. Satu hal yang pasti, kompas magnet para burung itu berbeda fungsi dia bukan membedakan utara atau selatan seperti biasanya kompas, melainkan membedakan “arah kutub” dan “arah khatulistiwa”. Untuk itu kompas milik burung itu akan mencatat sudut inklinasi antara garis medan magnet dengan permukaan Bumi. Karena sudut ini berada lebih dekat ke garis khatulistiwa daripada ke kutub, maka burung itu senantiasa bisa tahu dengan tepat, pada garis lintang utara atau selatan berapa ia berada. Ketiga kompas ini masing-masing digunakan sesuai kebutuhan. Pada awal perjalanan, ia bernavigasi dengan kompas matahari atau bintang tergantung berangkatnya siang atau malam hari. Lalu untuk orientasi perjalanan jarak jauh, ia menggunakan kompas magnet. Namun, bagaimana mereka bisa menemukan kembali dengan tepat tempat asalnya, hingga saat ini belum ada kesepakatan di kalangan ilmuwan. Ada yang meyakini kalau burung itu memiliki “peta” topografi di otaknya. Sedangkan yang lain memperkirakan burung itu berorientasi pada cahaya, tekanan udara, atau aroma lingkungan daerahnya. Bahaya yang mengintai Dengan “peralatan” navigasi, burung-burung migrasi itu benar-benar sudah dibekali perlengkapan optimal untuk perjalanan jauh. Walau demikian, pada musim semi sepertiga dari populasi burung itu tidak sampai kembali ke tempat kelahirannya. Banyak di antaranya yang menjadi korban ketika menghadapi berbagai bahaya dalam perjalanan panjangnya. Burung yang ketika berangkat tidak cukup mempersiapkan makanan atau di perjalanan tidak menemukan tempat istirahat yang cocok, biasanya tewas kelelahan. Sedangkan burung yang terlambat terbang, di “stasiun-stasiun” perhentian selama perjalanan, akan kesulitan mendapatkan makanan karena sudah dilahap habis burung lain yang berangkat lebih dulu. Selain itu, di beberapa negara seperti Prancis, Italia, dan Timur Dekat, burung-burung itu dianggap sebagai objek buruan. Atau dianggap sebagai sumber makanan seperti di Afrika. Sebagai binatang buruan saja, setiap tahun sekitar 20 juta ekor bebek di Amerika Utara, Eropa, dan di barat Asia menjadi korban. Kabel listrik juga merupakan bahaya yang mematikan bagi burung besar. Juga industri pertanian atau peternakan dan urbanisasi makin banyak menghancurkan tempat istirahat dan mencemarkan bahan-bahan makanan mereka. Masalah inilah yang membuat banyak organisasi dunia mulai memikirkan, mencari, dan menetapkan tempat baru bagi burung-burung migrasi. Israel banyak didatangi berbagai rombongan burung yang bersaing dengan pesawat militer negeri itu. Tak jarang terjadi tabrakan antara pesawat militer dan konvoi burung yang efek benturannya mirip bunyi ledakan senjata. Namun, dengan mempelajari ketinggian dan jalur terbang burung itu pakar burung Yossi Leshem menemukan, mereka hanya melewati jalur udara tertentu yang bisa dihindari lalu lintas pesawat. Kaum burung itu, entah jenis migran atau nonmigran, sebenarnya dikenal sebagai setengah kembara. Yaitu hanya sebagian dari populasi mereka yang bermigrasi, sedangkan yang lain melewati musim dingin di tempat asalnya. Termasuk kelompok ini adalah burung anis kuning, robin, kenari, dan gelatik batu. Apakah mereka kemudian secara turun-temurun menjadi jenis nonmigran atau migran, tergantung pada keadaan telur ketika dibentuk. selengkapnya di D Pernyataan yang tepat terkait migrasi padaburung nokturnal adalah...a. Burung nokturnal memanfaatkan medanmagnet bumi untuk bermigrasi saat gugusanbintang tak terlihatb. Dalam bermigrasi, burung nokturnalmemanfaatkan matahari, gugusan bintangdan medan magnet medan magnet bumi olehburung nokturnal berlangsung saat Saat siang hari, burung nokturnal meman-faatkan matahari untuk bermigrasi, Migrasi merupakan perpindahan organisme yang terjadi dari satu bioma ke bioma lainnya. Perpindahan tersebut bisa disebabkan oleh berbagai alasan dan penyebab. Namun, bukan hanya manusia yang bisa bermigrasi. Binatang pun bisa melakukan hal tersebut karena beberapa hal. Misalnya saja, migrasi burung yang akan dibahas pada artikel ini. Suatu keajaiban dapat menyaksikan gerombolan burung yang bermigrasi atau imigrasi burung. Formasi lintasan yang tertib membuat mata tak berkedip. Suara burung yang riuh rendah membuat mulut terbuka karena kekaguman yang tak berdaya ditutup-tutupi. Menatap kepak burung elang yang gagah, misalnya, bisa menghabiskan waktu berjam-jam. Apalagi, kalau bisa melihat bendera yang dikaitkan di kaki burung. Burung-burung tercipta untuk bermigrasi karena mereka mempunyai tugas melanjutkan kehidupannya di tempat lain sebelum akhirnya balik lagi ke tempat asal. Jika manusia biasa berlibur saat musim panas, musim dingin, atau musim liburan tiba, hal itu bisa disebabkan oleh banyak hal. Misalnya saja, pada saat musim panas tiba, banyak orang yang bermigrasi ke daerah tersebut untuk menikmati udara yang hangat. Namun, bukan hanya manusia saja yang bisa melakukan perpindahan sementara untuk mendapatkan keuntungan atau sesuatu yang mereka butuhkan. Burung pun melakukan migrasi ke tempat-tempat lain yang dianggap bisa memberikan keuntungan terhadapnya. Misalnya saja, burung-burung yang berpindah tempat dari wilayah dunia bagian utara Negara Cina dan negara sekitarnya ke wilayah dunia bagian selatan Indonesia dan negara sekitarnya atau sebaliknya, dari wilayah selatan Australia ke wilayah utara Indonesia dan negara sekitarnya. Perpindahan yang dilakukan oleh burung ini biasanya dilakukan dari bulan Oktober atau November, yakni sejalan dengan kedatangan musim dingin di wilayah utara. Burung-burung tersebut kemudian terbang menuju wilayah katulistiwa dan kembali ke wilayah asalnya pada bulan Maret. Jenis-jenis Migrasi Burung dan Jalurnya Beberapa jenis perpindahan burung yang biasa dilakukan terbagi atas tiga jenis, yaitu Migrasi Menyeluruh. Migrasi menyeluruh adalah migrasi yang dilakukan oleh 90% burungdi wilayah tertentu. Migrasi Sebagian. Migrasi sebagian adalah migrasi yang dilakukan oleh 50% burung di wilayah tertentu. Migrasi Lokal. Migrasi lokal adalah migrasi yang dilakukan oleh burung karena keadaan lingkungan atau habitannya sehingga berpindah ke habitat yang lain. Kebanyakan burung yang bermigrasi merupakan burung jenis pemangsa atau reptor. Salah satu negara yang memiliki populasi burung jenis ini adalah negara kepulauan kita, Indonesia. Dalam beberapa literatur, tercatat bahwa jumlah jenis burung yang bermigrasi ke Indonesia berjumalh 39 jenis, seperti burung elang rawa kelabu, elang kecil, elang rawa katak, elang kelabu, sikep madu asia, dan lain sebagainya. Selain jenis migrasi yang berbeda, ada dua jalur yang bisa dipergunakan oleh burung-burung yang bermigrasi. Jalur tersebut adalah jalur daratan timur yang dimulai dari daratan Rusia menuju pinggiran benua Asia Cina, Vietnam, Thailand, dan Malaysia hingga sampai ke wilayah Indonesia. Jalur tersebut memiliki panjang sekitar 7000 km. Sementara itu, jalur kedua adalah jalur pasifik, yakni jalur yang dimulai dari daratan Rusia dengan melewati kepulauan Jepang, Taiwan, dan Filipina hingga akhirnya sampai ke wilayah Indonesia. Jarak yang ditempuh berkisar 5000 km. Pada jalur pasifik ini, dibutuhkan tenaga ekstra dari burung-burung migrasi tersebut untuk bisa melewati permukaan air yang melintas di wilayah jalur tersebut. Oleh sebab itu, kebanyakan burung yang bermigrasi lewat jalur ini memiliki sayap yang panjang dengan ujung yang meruncing. Dengan bentuk sayap seperti itu, burung dapat bermigrasi dengan menggunakan tenaganya sendiri tanpa harus selalu memanfaatkan energi matahari. Penggunaan energi matahari itu dilakukan untuk menghemat energi para burung dalam melintasi jalur migrasi. Penggunaan energi matahri itu dilakukan dengan cara terbang berputar ke atas saat udara semakin panas dan muncul gejala thermal. Dengan begitu, burung-burung tersebut bisa menghemat energi mereka untuk beberapa hari ke depan. Sesampainya di Indonesia, burung-burung tersebut akan menyebar ke beberapa tempat. Tempat yang biasanya dituju adalah Pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan Bali. Namun, ada juga yang datang ke wilayah Jakarta di daerah kepulauan seribu. Indonesia dijadikan tujuan migrasi karena udaranya yang sangat bersahabat serta keadaan alam yang indah dan asri. Migrasi Burung – Rotasi Kehidupan Sama seperti ikan salmon yang kembali ke sungai tempat ia dilahirkan ketika akan bertelur, beberapa jenis burung pun bermigrasi ke seluruh dunia dengan tujuan mendapatkan pasangan yang berkualitas. Para burung tersebut berlomba-lomba untuk bisa tiba di tempat migrasi. Keuntungan menjadi yang pertama tiba di tempat baru adalah selain mendapatkan pasangan berkualitas, bisa mendapatkan tempat bersarang dan berkembang biak yang terbaik pula. Ternyata, burung pun memikirkan kualitas keturunannya. Migrasi Burung – Perjalanan Tak Mengenal Lelah Hampir 60 persen burung pemangsa bermigrasi. Namun, ada juga burung-burung jenis lain. Di antara burung-burung yang bermigrasi itu ada yang bertubuh kecil tetapi kekuatan terbangnya luar biasa. Dalam sehari, mereka bisa terbang sejauh 480km burung penyanyi bertubuh kecil. Wow, betapa Mahakuasanya Tuhan menciptakan makhluk kecil nan perkasa seperti burung-burung tersebut! Burung memang penerbang luar biasa. Misalnya, burung alap-alap Falco peregrinus yang kecepatan terbangnya mencapai 320 kilometer per jam, tidak kalah cepat dari mobil formula 1 yang dikemudikan Alonso. Mereka akan melintasi beberapa negara mencari tempat yang pas dan tepat untuk berkembang biak. Suatu perjuangan menemukan fasilitas terbaik bagi keturunan yang terbaik. Persiapan Migrasi Burung Percaya tidak percaya, namun percaya sajalah. Sebelum bermigrasi, burung-burung itu mempersiapkan diri dengan saksama. Misalnya, burung bulbul menimbun lemak di tubuhnya sebelum berangkat ke tempat migrasi. Mereka pun tidak asal berangkat, tetapi menunggu waktu yang tepat. Ilmuwan hanya dapat menyimpulkan bahwa waktu yang tepat’ tersebut ditentukan oleh jam tubuh’ burung itu sendiri. Hebat, kan? Selain itu, burung-burung akan menuju suatu tempat tertentu untuk menunggu teman-temannya. Setelah itu, baru bersama-sama menuju tempat migrasi. Ternyata, burung-burung itu mempunyai peralatan komunikasi yang cukup canggih pula. Dampak Migrasi Burung Menyaksikan burung-burung bermigrasi memang sangat mengasyikkan. Namun, bila diamati lebih jauh, migrasi burung ini membawa dampak besar terhadap kehidupan manusia. Bila suatu wilayah biasa menjadi tempat migrasi burung, tiba-tiba jumlah burung yang bermigrasi tidak sebanyak sebelumnya atau tidak ada lagi burung yang bermigrasi ke tempat itu, harus dicurigai. Bisa jadi tempat tersebut telah tercemar atau ada gangguan alam lainnya. Burung akan mencari tempat yang lebih hangat untuk berkembang biak. Mencairnya es di Norwegia telah menenggelamkan sebuah pulau tak beres yang berjarak 1000km dari Kutub Utara. Akhirnya, burung-burung yang biasa bermigrasi ke sana harus mencari tempat lain. Migrasi burung, terutama burung-burung liar ini, selain bisa dilihat sebagai salah satu bagian pemanasan global, merupakan salah satu penyebab berkembangnya beberapa penyakit. West Nile Virus, Lyme’s disease, Salmonella, Newcastle disease, dan virus influenza A, misalnya.

pernyataan yang tepat terkait migrasi pada burung nokturnal adalah